room5la.com – Keputusan terbaru pemerintah Taliban untuk melarang perempuan belajar kedokteran memicu kekhawatiran global dan menjadi sorotan dunia. Langkah ini menambah daftar panjang kebijakan diskriminatif terhadap perempuan sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021. Larangan ini tidak hanya menghentikan pendidikan kaum perempuan, tetapi juga berpotensi memperburuk sistem kesehatan di Afghanistan, yang sudah rapuh.
Pendidikan Perempuan yang Semakin Terbatas
Sejak Taliban kembali memimpin Afghanistan, akses perempuan ke pendidikan semakin terbatasi. Pada 2022, Taliban melarang perempuan menghadiri universitas, dan kini pendidikan kedokteran juga terkena dampaknya. Sebelumnya, banyak perempuan Afghanistan bercita-cita menjadi dokter untuk membantu komunitas mereka, terutama di masyarakat konservatif di mana pasien perempuan lebih nyaman dirawat oleh dokter wanita.
Namun, dengan larangan ini, generasi dokter perempuan hampir dipastikan akan punah, meninggalkan celah besar dalam layanan kesehatan bagi perempuan Afghanistan.
Dampak pada Sistem Kesehatan
Afghanistan menghadapi krisis kesehatan yang serius. Menurut laporan badan internasional, kurang dari 30% tenaga kesehatan di Afghanistan adalah perempuan. Dengan larangan ini, angka tersebut diperkirakan akan turun drastis dalam beberapa tahun mendatang.
Kebijakan ini juga memperburuk situasi bagi perempuan yang membutuhkan perawatan medis. Di banyak wilayah konservatif Afghanistan, perempuan hanya diizinkan dirawat oleh dokter perempuan. Jika tidak ada tenaga medis perempuan, banyak pasien perempuan mungkin enggan mencari perawatan, yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.
Respons Dunia Internasional
Langkah Taliban ini menuai kritik tajam dari berbagai organisasi internasional. Badan PBB untuk perempuan, UN Women, menyebut kebijakan ini sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Organisasi kemanusiaan juga memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat memicu krisis kesehatan yang lebih besar di Afghanistan.
Beberapa negara dan organisasi internasional telah mengancam akan menghentikan bantuan ke Afghanistan jika Taliban terus melanjutkan kebijakan diskriminatif ini. Namun, Taliban tetap bergeming dan mengklaim bahwa kebijakan mereka sesuai dengan interpretasi mereka terhadap hukum Islam.
Seruan untuk Perubahan
Masyarakat internasional terus mendesak Taliban untuk mencabut larangan ini dan memberikan akses pendidikan kepada perempuan. Para aktivis di Afghanistan juga terus berjuang meskipun menghadapi risiko besar, termasuk penangkapan dan kekerasan.
Di tengah tekanan global, harapan masih ada bahwa kebijakan ini dapat berubah. Namun, tanpa intervensi yang lebih tegas, perempuan Afghanistan menghadapi masa depan yang semakin suram, tidak hanya dalam pendidikan tetapi juga dalam hak-hak dasar mereka.
Penutup
Larangan perempuan belajar kedokteran oleh Taliban bukan hanya serangan terhadap pendidikan, tetapi juga terhadap hak asasi manusia dan kesehatan masyarakat. Dunia harus bersatu untuk memberikan tekanan kepada Taliban agar mengakhiri kebijakan diskriminatif ini. Jika tidak, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh perempuan Afghanistan, tetapi juga generasi mendatang.